BANJARBARU, Poros Kalimantan – Pembunuhan keji berkedok dukun sempat gempar di masa Orde Baru. Pelakunya Ahmad Suradji.
Ahmad telah membunuh 42 wanita selama sembilan tahun. Para korbannya dikubur di perkebunan tebu, di Desa Sungai Semayang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Saat lahir, Ahmad diberi nama Nasib. Ia hanya tamat SD. Di masa mudanya, ia sering mencuri lembu. Setiap mencuri, ia membawa kelewang.
Nasib malang, ia ditangkap dan dipenjara karena aksi itu. Setelah bebas, ia diberi nama Ahmad Suradji. Ia lebih dikenal sebagai Dukun AS.
Ia menikah dengan tiga kakak beradik kandung dan tinggal seatap. Karena itu, ia juga menerima julukan Datuk. Anaknya sembilan.
Dukun AS (begitu kita menyebutnya) getol menyelami praktik klenik dari ayahnya.
Bahkan si ayah berpesan; kalau ingin ilmu semakin sakti dan bisa memberi “kebaikan” bagi orang-orang di sekitar, ia harus mengorbankan setidaknya 70 nyawa perempuan.
Setelah lama menimbang-nimbang, Suradji akhirnya melaksanakan petuah sang ayah. Maka diburulah sejumlah perempuan untuk ditumbalkan.