BANJARBARU, Poros Kalimantan – Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kalsel berada di 68,64 poin. Nilai tersebut selisih tipis dari IKLH nasional yang berada di 70,27 poin.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalsel Hanifah Dwi Nirwana mengatakan, ada dua faktor yang paling dominan mempengaruhi. Indeks Kualitas Lahan (IKL) dan Indeks Kualitas Air (IKA).
“Tutupan lahan di Kalsel masih tergolong rendah. Meskipun kami terus memaksimalkan program revolusi hijau. Kemudian kualitas air kita juga masih sangat rendah dengan 54,45,” ujarnya, Senin (16/8/2021) sore.
Nirwana menjelaskan, rendahnya kualitas air di Kalsel diduga akibat sejumlah sumber cemar. Salah satunya limbah domestik (rumah tangga), yang menyebabkan kondisi air menjadi kotor.
“Hampir 98 persen COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) air di Kalsel tinggi akibat limbah domestik,” ujarnya.
Pengaplikasian pupuk yang kurang tepat di perkebunan juga menyumbang tingginya kandungan nitrat didalam air. “Pupuk yang di tebar di permukaan lahan perkebunan, membuat kemungkinan terserap tanah lebih kecil dan sisanya larut dalam air ,” jelasnya.
Ada juga kegiatan pertambangan yang menimbulkan partikel besar dalam air, penyebab kekeruhan. Dalam beberapa kasus penggunaan logam berat merkuri di pertambangan emas juga menjadi unsur cemar yang berbahaya.
“Harus kami akui tambang juga menyumbang dalam hal kekeruhan dan kandungan merkuri dibeberapa titik di Kalsel,” katanya.
Soal tutupan lahan yang kian menipis. Nirwana menyebutkan, laju deforestasi menjadi penyebab utamanya. Pemulihannya akan memakan waktu yang panjang.