BANJARBARU, Poros Kalimantan – Kabid Nasab DPC Rabithah Alawiyah Martapura-Banjarbaru Habib Umar bin Hasan Bahasyim didampingi Kabid Humas Fahmi bin Nuh Alkaf menuturkan, kesolidan Rabithah Alawiyah di Banjarbaru tak luput dari rujukan yang kuat dan teliti sebagaimana Maktab Daimi.
Kehadiran Maktab Daimi sebagai yayasan pencatatan garis keturunan Rasulullah, banyak dijadikan rujukan terhadap kejelasan garis keturunan tersebut.
“Maktab Daimi suatu pemutakhiran menjadi landasan kuat profil yang dibikin, melaluinya, maka memperjelas rujukan atau sumber memverfikasi benar habib atau bukan dari kalangan habib seseorang. Maktab daimi satu-satunya lembaga nasab yang menjunjung tinggi keakuratan data,” ujarnya.
Penerapannya untuk Rabithah Alawiyah Martapura-Banjarbaru, perlu mendata lagi beberapa golongan yang memang mempunyai penjelasan nasab yang tersambung.
“Nah, kami di sini ingin menjadikannya website yang jelas akan bisa diakses oleh siapa pun. Kami juga bersinergi, termasuk memuat portofolio kegiatan yang sudah dilaksanakan Rabithah Alawiyah,” paparnya.
Menurutnya, melalui organisasi yang disusun tersebut, maka keluarga yang habib dan syarifah di kalangan kurang mampu tidak menjadi priortias bisa membantu agar mendapatkan prioritas untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah sebagaimana kejadian saat bencana banjir yang melanda kabupaten Banjar, bulan kemarin.
Sebelum launching, pihaknya perlu melewati sejumlah revisi dan verifikasi agar aman saat sudah dipublikasikan.
“Jadi keberadaan website nantinya bisa menjadi rujukan kepada masyarakat umum terkait keakuratan habib yang betul-betul nasabnya tersambung,” jelasnya.
Dijelaskan lagi, didirikannya Rabithah Alawiyah sebagai wadah Bani Alawiyin yang tersebar di Martapura-Banjarbaru.
Dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan serta memuat dokumentasi apa saja yang telah dilaksanakan di periode ketiga keberadaannya di Martapura.
“Tidak sedikit program yang kita laksanakan. Di antaranya persoalan pencatatan nasab. Kemudian bidang sosial ekonomi, membantu para janda-janda syarifah yang sudah tidak bekerja. Juga mengusulkan beasiswa ke pemerintah daerah untuk mengirimkan santri-santri kita ke hadramaut,” terangnya.
Kemudian, lanjutnya, melakukan pendataan yang formal dan informal. Semisal kunjungan ke rumah-rumah, bersilaturahmi kepada para pendatang, dan mengatisipasi banyaknya beredar habib palsu sampai meresahkah masyarakat secara umum.