“Pihak Rabithah Alawiyah kami harapkan sering bersosialisasi di daerah, agar berjalannya komunikasi yang intens serta menjalin hubungan baik antara habib yang menjadi ustadz mau pun yang memberikan ta’lim mengedukasi jamaah, agar mereka paham tentang perihal nasab ini,” ungkapnya.
Ia mengharapkan, Rabithan Alawiyah terkhusus cabang Martapura-Banjarbaru semakin solid dan akrif seiring gencarnya permasalahan yang ada, apa lagi persoalan kemunculan habib palsu.
Sekadar diketahui bersama, Maktab Daimi menjadi lembaga yang bertempat di Gedung Rabithah Alawiyah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, berfokus pada misi jalan panjang dalam menelusuri silsilah keturunan.
Ahmad Alattas selaku ketua Maktab Daimi yang ke 10, menjelaskan, sejarah pencatatan tersebut dimulai pada abad 9 H di Hadhramaut, Yaman.
Hadramaut merupakan pusat berkumpulnya keturunan Husein-cucu Rasulullah- yang berawal dari Isa al Muhajir setelah hijrah dari Baghdad, Iraq. Akibat imigrasi tersebut, Hadhramaut dipenuhi oleh keturunan Husein.
Hal yang berbeda terjadi dengan keturunan Hasan-cucu Rasulullah lainnya-, yang hijrah ke Maroko. Keturunan Hasan kebanyakan hijrah ke Maroko dan tidak memiliki banyak keturunan dan qabilah berbanding dengan keturunan Husein.
Riwayat pencatatan dimulai dari Syeikh Ali bin Abubakar al Sakran, kemudian dilanjutkan oleh Habib Abdullah bin Alwi al Haddad pada abad 17 H. Kemudian pada abad 18 H diteruskan oleh Sayyid Ali bin Syekh bin Muhammad bin Ali bin Shihab. Runutan pencatatan tersebut menjadi cikal bakal lahirnya buku nasab Alawiyyin di Hadhramaut yang berjumlah 18 jilid.
Manuscript tersebut sekarang menjadi rujukan Nasab Alawiyyin di Indonesia.
Di Indonesia, pencatatan nasab Alawiyyin ini dimulai sejak tahun 1932, yaitu ketika Habib Alwi bin Thahir al Haddad mendirikan Rabithah Alawiyah.
Habib Alwi mempunyai inisiatif melakukan pencatatan Alawiyyin yang berada di Indonesia. Mengakomodir ide tersebut, pada 10 Maret 1932, Maktab Daimi, didirikan.
Untuk menjalankan tugas pertama maka ditunjuklah Sayyid Ali bin Ja’far Assegaf sebagai ketua Maktab Daimi yang pertama dan membentuk tim penelusuran.
Penulis dan Editor: Ananda Perdana Anwae/hidayatullah/bbs