JAKARTA, Poros Kalimantan – Ditengah era disrupsi, pengembangan teknologi digital Bank Rakyat Indonesia (BRI) tercatat menuai keberhasilan. Transformasi digital yang dijalankan sangat masif, telah membawa BRI menjadi technology company dengan lisensi bank. Hal tersebut sejalan dengan isu prioritas presidensi G20, yang akan mendorong agenda transformasi digital di Indonesia.
Posisi G20 cukup signifikan dalam isu kebijakan pemanfaatan teknologi digital, dimana saat ini pemanfaatan teknologi digital telah dilakukan di hampir seluruh kegiatan ekonomi di dunia.
Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Indra Utoyo menjelaskan, perseroan memiliki teknologi khas. Pihaknya membangun teknologi secara mandiri, tidak menggunakan vendor.
“Produk seperti BRISPOT yang merupakan aplikasi pengajuan kredit, selain itu juga ada AgenBRILink. Ini menunjukan bahwa BRI merupakan technology company yang mempunyai lisensi bank,” jelasnya.
Saat ini lanjutnya, 96,7 persen aktivitas nasabah sudah menggunakan digital channel. Pengguna BRImo pada 2021 mengalami pertumbuhan pesat sekitar 56,4 persen year on year (yoy) menjadi 14,2 juta, dari 9,1 juta pada 2020.
“Jumlah transaksi meningkat sekitar 66,2 persen yoy dari 766 juta transaksi pada 2020, menjadi 1,27 miliar transaksi pada 2021. Untuk nilai transaksi melalui BRImo pada 2021 mencapai Rp 1.345 Triliun atau meningkat 581,1 Persen yoy,” ungkapnya.
Indra mengakui, BRISPOT juga telah meningkatkan produktivitas dan efisiensi, karena di dalamnya melibatkan 100 ribu lebih loan officers dan approvers. Dengan didukung lebih dari 140 fitur, produk ini sangat membantu segmen mikro, kecil, maupun konsumer.
“Di samping itu, AgenBRILink juga diperkuat oleh lebih dari 500 ribu agen di seluruh Indonesia. Jumlah transaksi melalui AgenBRILink pada 2021 mencapai 928 juta, meningkat 27,5 persen yoy dari 728 juta transaksi pada 2020,” akunya.
Selain itu jelasnya, nilai transaksi AgenBRILink pada tahun 2021 naik sekitar 35,6 persen yoy menjadi Rp 1.143 Triliun dari Rp 843 Triliun pada 2020. Adapun fee income pada 2021 telah mencapai Rp 1,19 triliun atau naik 3 persen yoy, dari Rp 1,15 triliun pada 2020.
“Kami sudah melihat pertumbuhan yang luar biasa dari waktu ke waktu,” tambah Indra.
Pengembangan Talent di Era Digital
Keberhasilan transformasi digital ini pun berpengaruh pada talent yang dimiliki oleh BRI. Indra mengatakan, talent BRI semakin terdigitalisasi di unit teknologi maupun di sisi SDM bisnis. Oleh karena itu, mindset perlu digeser ke arah digital yang perubahannya sangat dinamis.
Talent digital juga harus memiliki agility, kecepatan, dengan daya kreatif tinggi. Hal ini diiringi dengan literasi dan validasi data. Dengan masifnya digitalisasi, BRI membangun sebuah environment yang bernama project to product, yakni IT tidak sekadar menjadi komponen pendukung.
“Kami selalu siap mulai dari planing, forward looking, hingga sensing apa yang berkembang, apa yang sekarang menjadi tren,” pungkasnya.
Editor : Zepi Al Ayubi