JAKARTA, Poros Kalimantan – Bank Rakyat Indonesia (BRI) semakin berkomitmen untuk merealisasikan visi menjadi Champion of Financial Inclusion, dalam mendukung pemerintah meningkatkan indeks inklusi keuangan mencapai 90 persen pada 2024. Selain itu, visi ini juga sejalan dengan isu prioritas Presidensi G20 tahun 2022 yang turut memajukan inklusi keuangan.
Hal ini diungkapkan Direktur Kepatuhan BRI, Ahmad Solichin Lutfiyanto. Dia mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan oleh BRI, yakni memperkuat komitmen dalam penerapan prinsip ESG atau Environmental, Social, Governance, khususnya di segmen UMKM.
Solichin menjelaskan, saat ini sebanyak 65,5 persen atau sekitar Rp 617,8 Triliun, dari total portofolio penyaluran kredit BRI telah menerapkan prinsip ESG. Jumlah tersebut meningkat 12,2 persen year on year (yoy) dibandingkan dengan 2020 yang sebesar Rp 550,4 Triliun.
“Penyaluran kredit ini tentu didominasi dari segmen UMKM yang mencapai sekitar Rp 547 triliun pada 2021,” ujarnya.
Akunya, ke depan BRI akan terus fokus dan meningkatkan pembiayaan ke segmen UMKM hingga mencapai 85 persen pada 2025. Kredit BRI untuk segmen UMKM sendiri mencapai 83,86 persen, dari total portofolio pembiayaan BRI secara konsilidasi pada 2021.
“Dari kredit yang diberikan kepada UMKM tersebut, BRI sudah membangun 400 ribu lapangan kerja baru. Hal itu yang kami catat dalam sustainability report,” ungkapnya.
Solichin menerangkan, berdasarkan data yang dihimpun BRI, sebanyak 45 juta pelaku usaha ultra mikro tercatat masih membutuhkan pendanaan, baik pendanaan baru maupun tambahan. Jika dirinci, dari jumlah tersebut baru sekitar 15 juta yang tersentuh lembaga pembiayaan formal. Sementara itu, sekitar 30 juta lainnya belum tersentuh lembaga pembiayaan formal.
Dari pelaku usaha yang belum tersentuh lembaga pembiayaan formal tersebut, 7 juta di antaranya mengandalkan pinjaman kerabat. Lalu 5 juta pelaku usaha mengandalkan rentenir, dengan bunga sekitar 100 persen sampai 500 persen per tahun.
“Secara prioritas, BRI akan menyasar terlebih dahulu 18 juta pelaku usaha yang sama sekali belum tersentuh lembaga pembiayaan. Kami mempunyai aspirasi menjadi bank yang terdepan dan paling concern dalam implementasi ESG di Indonesia maupun Asia Tenggara,” terangnya.
Sementara itu, Analis emiten dari Ciptadana Sekuritas Asia, Erni Marsella Siahaan menerangkan, penyaluran kredit atau pembiayaan segmen UMKM, khususnya mikro akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun 2022 ini.
“Akan terus meningkat mengikuti pemulihan ekonomi. Pembiayaan di sektor ini diperkirakan akan tumbuh positif pada tahun ini. BRI menargetkan pertumbuhan pinjaman konsolidasi 9 persen sampai 11 persen secara tahunan untuk 2022,” bebernya.
Oleh karena itu ujarnya, penerapan prinsip ESG dapat diperkuat dalam pembiayaan di segmen UMKM. Hal ini dinilai akan memperkuat ketertarikan investor untuk mengoleksi saham BBRI. Terlebih, penerapan prinsip ESG pada bisnis inti perseroan juga menjadi pendorong pertumbuhan kinerja.
“Kami melihat, BRI juga memasuki model bisnis baru dengan menyasar pasar yang lebih kecil dengan tenor yang lebih pendek. Yaitu melalui pemberdayaan segmen ultra mikro (UMi),” ucapnya.
Seperti diketahui, pada September 2021 perseroan bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) telah membentuk Holding UMi guna menyasar segmen ultra mikro sebagai sumber pertumbuhan baru. Melalui penerapan prinsip ESG, BRI akan semakin kuat dalam mengadopsi segmen ini.
“Pegadaian dan PNM juga diperkirakan masing-masing tumbuh 10 persen dan 17 persen sampai 20 persen secara tahunan pada 2022 ini,” pungkasnya.
Editor : Zepi Al Ayubi