BATULICIN, Poros Kalimantan – Mudik adalah bagian yang tak bisa dilepaskan dari momentum Idulfitri di Indonesia.
Bukan tanpa alasan, tradisi ini punya kesan tersendiri bagi masyarakat. Tak terkecuali anak muda.
Kata mudik sendiri berasal dari singkatan mulih dilik atau yang artinya ‘pulang sebentar’.
Istilah ini muncul pada tahun 1970-an. Saat itu Jakarta masih jadi satu-satunya kota besar di Indonesia yang dijadikan tujuan mengadu nasib.
Lantas bagaimana pendapat anak muda di Tanah Bumbu soal mudik?
Ilham, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Banjarmasin menyebut, mudik merupakan momen untuk berkumpul bersama keluarga.
“Pastinya, kalau mudik, suasana kota dan kampung sangat beda,” ungkapnya.
Ilham bilang, suasana asri di kampung halaman adalah keindahan dan ketenangan tersendiri baginya.
Senada, karyawan swasta bernama Fatimah pun mengaku, mudik adalah momen temu kangen keluarga.
“Apalagi kalau kumpul di kampung, pasti keluarga yang jauh datang, jadi lebih banyak ngobrol melepas rindu,” ujarnya.
Lebih dari itu, menurutnya, lebaran adalah momen saling bertukar pikiran. Biasanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, momen lebaran jadi ajang yang tepat untuk diskusi banyak hal.
“Apalagi bagi saya yang masih muda, kumpul sama orang yang lebih tua, bisa sharing, dan minta pendapat soal banyak hal,” jelasnya.
Bahkan kata Fatimah, berkumpul di momen lainnya seperti acara pernikahan, sulit mendapatkan momen kehangatan seperti lebaran.
“Karena fokusnya ya pasti di acaranya (pernikahan),” tuntasnya.
Reporter : Ahmad Maulana
Editor : Musa Bastara