PELAIHARI, Poros Kalimantan – Salah satu lokasi wisata religi di Tanah Laut yang menjadi tujuan para peziarah, yakni Makam Datu Pamulutan atau biasa disebut Pulau Datu, Desa Tanjung Dewa, Kecamatan Panyipatan, sebagian fasilitasnya mengalami kerusakan.
Makam Datu Pamulutan dalam setiap harinya tidak pernah sepi dari peziarah, akan tetapi belakangan ini kondisi di makam itu perlu perhatian, yakni pada sebagian atap terasnya hilang akibat adanya angin laut yang merusak pada bulan November 2022 lalu. Kabarnya, anggaran dari Pemda akan ada di tahun 2024 mendatang untuk perbaikan tersebut.
Tidak hanya itu, beberapa fasilitas lainnya juga patut untuk mendapat perhatian guna dilakukan perbaikan, seperti besi penyangga pada gerbang makam yang bertuliskan Makam Pulau Datu juga sebagian telah lepas, dan hanya tertahan oleh dahan pohon besar saja, sehingga sewaktu-waktu bisa jatuh dan dikhawatirkan akan menimpa peziarah. Dermaga untuk perahu juga sebagian rusak.
Juru kunci makam Datu Pamulutan, Musa mengatakan, ia berharap agar segera dilakukan perbaikan oleh pihak terkait, terlebih menghadapi musim hujan.
“Jika kondisi ini dibiarkan, kasian para pengunjung apalagi pas lagi hujan. Para peziarah ini datang dalam jumlah banyak biasanya pada hari Sabtu dan Minggu, sehingga kadang saat hujan turun pengunjung harus dempet-dempetan berlindung dari air hujan,” kata Musa Sabtu (10/12/22) kemarin.
Musa menambahkan, peziarah ini tidak saja dari Pelaihari, namun ada yang dari kabupaten lainnya di Kalsel, Kaltim dan Kalteng, ada bahkan dari Jawa. Ada pula bahkan peziarah yang menginap di makam, itu sebabnya pihaknya merasakan kurang nyaman dengan peziarah dengan kondisi sebagian atap teras yang mengalami kerusakan itu.
Kerusakan sebagian atap makam karena tiupan angin laut yang kencang, juga turut tertimpa dahan pohon yang ada di dekatnya. Tindakan yang diambil warga secara gotong royong membersihkan sisa-sisa dahan pohon yang menimpa atap teras akibat tiupan angin yang cukup kencang, namun untuk memperbaiki sebagian teras yang lepas itu tidak ada anggarannya.
Hj Umi Kalsum, salah serang peziarah Makam Pulau Datu, dari Kabupaten Banjar mengatakan, melakukan ziarah ini bisa 1 bulan sekali bersama keluarga dan kerabat, dan memang secara kasat mata kerusakan pada sebagian atap teras itu kurang nyaman dilihat.