JAKARTA, Poros Kalimantan – Pasar obligasi berpotensi semakin atraktif seiring dengan penurunan tarif pajak penghasilan (PPh), atas bunga obligasi yang diperoleh investor menjadi 10 persen dari tarif sebelumnya 15 persen. Hal ini membuat transaksi obligasi ritel melalui perbankan menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Untuk BRI, transaksi obligasi ritel Rupiah per bulan Agustus 2021 tercatat sebesar 2.8 Triliun, atau tumbuh 1,27 persen yoy. Sedangkan, untuk transaksi obligasi ritel USD per bulan Agustus 2021 tercatat sebesar USD 246.3 Miliar, atau tumbuh sebesar 113 persen yoy.
Sebagai wujud apresiasi BRI kepada investor ritel, BRI sebagai mitra distribusi penjualan Surat Berharga Negara menyelenggarakan Webinar Private & Priority Banking bertema ‘Enhancing Bonds Transaction through Private Banking Services’ dengan pembicara dari BRI Danareksa Sekuritas, DJPPR Kementerian Keuangan, Treasury Business BRI, Wealth Management BRI, Tax Consultan, dan Financial Planner pada Rabu (26/10/2021) tadi.
Dilakukan secara virtual, acara yang dihadiri lebih dari 400 peserta ini dibagi ke dalam dua panel dengan diawali opening speech dari Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto. Catur menerangkan, bahwa kepemilikan Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki oleh nasabah ritel BRI mengalami peningkatan sebesar 60.58 persen yoy, atau mencapai Rp 83 triliun sampai dengan Kuartal III 2021.
“Peningkatan porsi kepemilikan SUN oleh nasabah ritel mengindikasikan bahwa awareness masyarakat Indonesia terhadap investasi SUN cukup terjaga dan mengalami peningkatan,” ujar Catur.