“Seharusnya 36 bulan, tetapi kami rapat dengan Air Product, kami minta 30 bulan,” katanya.
Bahlil menyebut, proyek ini akan menghasilkan 12.000 sampai 13.000 lapangan pekerjaan hanya untuk konstruksi yang dilakukan Air Products. Selain itu akan ada sekitar 11.000 sampai 12.000 dilakukan di hilir oleh Pertamina.
“Ditambah lagi begitu eksisting berproduksi, lapangan pekerjaan disiapkan yang tetap 3.000. Itu yang langsung. Kalau yang tidak langsung, konraktornya, subkontraktornya, multiplier effect, itu bisa tiga sampai empat kali lipat dari yang ada,” ungkapnya.
Bahlil menambahkan, hasil output gasifikasi ini untuk mengurangi impor gas elpiji.
“Impor gas elpiji rata-rata 1 tahun 6-7 juta, subsidi kita cukup besar. Di dalam perhitungan kami, setiap 1 juta ton hilirisasi, kita bisa melakukan efisiensi sekitar Rp 6-7 triliun dari subsidi. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi,” pungkasnya. []
Sumber: beritasatu
Editor: Ananda Perdana Anwar