Maemunah mengatakan bahwa tas dengan motif adalah satu yang paling sulit dibuat. Selain itu ada pula bakul purun. Tentu dengan hiasan yang memanjakan mata.
Popularitas Kampung Purun mencapai puncaknya di tahun 2016-2018. Banyak diadakan pelatihan dan mendapatkan kunjungan dari beragam pihak. Bahkan ada wisatawan mancanegara. Masa itu, penghasilannya bisa mencapai 500 ribu hingga jutaan dalam sebulan.
Sampai saat ini, para pengrajin di Kampung Purun masih dibantu dalam pembinaan dari Pemerintah Kota Banjarbaru. Kadang, karena hubungan tersebut, penjualan menjadi naik.
“Ada acara misalkan dari dinas, jualan purun juga ikut dibeli dan dipromosikan,” ungkap Maemunah.
Pembinaan untuk Kampung Purun dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarbaru (Disporabudpar). Kepala Bidang Pariwisata, Diah menuturkan biasanya dalam setahun ada 4 kali pelatihan.
“Kita juga bekerjasama dengan Dinas Perhubungan untuk paket wisata bus sekolah menuju ke sini (Kampung Purun),” terangnya.
Kampung Purun masih menjadi satu diantara daya tarik wisata di Banjarbaru. Satu dari sekian kampung tematik yang coba dihidupkan ekonominya oleh Pemerintah Kota Banjarbaru. Menarik untuk dinanti bagaimana perkembangan kerajinan purun ke depannya. Bagaimana kreativitas menantang batas dari pengrajin dan peranan pemerintah menjembataninya. []
Penulis: Wahyu Aji Saputra
Redaktur: Ananda Perdana Anwar