Hidup Siskawati terbagi antara mengurus dapur dan jangkrik. Keuntungan usahanya dari beternak jangkrik, bisa bikin mata mendelik.
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Sebagai ibu rumah tangga, tentu segala tetek bengek urusan rumah masih Siska kerjakan. Tapi di samping itu, ia juga menjalankan usaha ternak jangkrik.
Bersama Khairul, suaminya, ia sudah bertahun-tahun menjadi peternak jangkrik. Sampai-sampai ia punya panggilan yang berkaitan dengan pekerjaannya itu: Siska Jangkrik.
Peternakan jangkrik Siska berada di belakang kantor desa Tambang Ulang RT 1, Kecamatan Tambang Ulang, Tanah Laut.
Usaha ini dibangunnya sedari tahun 2018.
Memulai usahanya, ia perlu membikin tempat khusus. Beberapa buah kotak dari kayu pun disusun dua tingkat. Pemisah antara jangkrik muda dan tua.
Selain itu, ada pula eggy tray. Ya, semacam tempat telur ayam dari kertas tebal. Fungsinya, sebagai rumah jangkrik sebelum diantar pada pemesan.
Jangkrik biasanya dipesan sejak dari benih. Tapi sebelum diantar ke pemesan, benih ditetaskan terlebih dulu di penangkaran. Tunggu hingga usianya 30 hingga 35 hari, barulah diantar.
Pemesannya juga laris manis di pasar dagang online.
Ini menurut Siska. Penulis tentu tak meragukannya. Pasalnya, praktik bertahun-tahun lebih mudah dipercaya, daripada sekadar teori.
Lagi-lagi ini kata Siska; keuntungan usaha jangkrik ini ibarat ketiban rezeki nomplok. Nilai jualnya tinggi. Satu kilonya, di kisaran harga Rp65 hingga Rp70 ribu.
Sementara jika dijual dalam bentuk per ekor, seribu ekor dihargai Rp25 ribu. Bisa dinego.
Saat pesanan berjibun, Siska bahkan terkadang kewalahan. Pelanggannya sering kali di kalangan pemancing ikan.