“Tulisan itu kami tulis karena ada adik-adik kami yang ditolak masuk salah satu pesantren di Banjarmasin dengan berbagai alasan. Padahal mereka ingin belajar agama. Adik kami itu sampai menangis,” tuturnya.
Kembali pada Algi. Ia menyebut, yayasan ini adalah bentuk dari kecemasan mereka. Terhadap diskriminasi yang melekat pada anak jalanan.
“Dari pengalaman yang kami jalani, kami mencoba berinovasi mendirikan sekolah ramah anak yang terletak di Pasar Sudimampir dan Pusat Pembinaan Anak Jalanan di Jalan Sutoyo S ini,” kata Algi.
Sayangnya, Algi merasa yayasan yang mereka bangun ini tak mendapat support maksimal dari pemerintah.
“Bantuan pemerintah ada. Cuma sangat lambat oleh birokrasi yang berbelit-belit. Padahal kami sudah mengusahakan semampu kami,” ujarnya.
Ia heran, kenapa pemerintah harus berpikir rumit. Yayasan ini punya legalitas dan berprestasi. Bahkan baru-baru ini mereka mendapatkan juara tiga Bidang Kepeloporan Pendidikan pada seleksi Pemuda Pelopor. Digekar oleu Dinas Pemuda dan Olahraga Kalsel.
Intinya, AL-AJYB juga butuh support dari pemerintah. Sehingga pembinaan terhadap anak jalanan ini bisa berjalan maksimal. “Kami bisa berkembang lebih baik asal diberikan anggaran,” pungkasnya.
Penulis: Irsyad
Pimred/Redaktur: Fahriadi Nur