BANJARMASIN, Poros Kalimantan – Diskriminasi dan pandangan miring melekat bagi anak jalanan. Di Banjarmasin, mereka juga kerap dianggap pengganggu ketertiban umum.
Stereotipe itu berkembang di tengah masyarakat. Padahal mereka juga punya hak serupa dalam kehidupan sosial. Itulah yang diperjuangkan Al-AJYB, yayasan pembina anak jalanan.
Al-AJYB singkatan dari Anak Jalanan yang Baik. Markasnya terletak di Jalan Jafri Zamzam. Yayasan ini berdiri sejak 2012 silam, dan masih eksis hingga sekarang. “Bermodalkan keyakinan bahwa semua pasti ada jalannya,” ucap Muhammada Algi Rifani, pendiri yayasan.
Misi AL-AJYB jelas. Membuat anak jalanan tak lagi dipandang sebelah mata. Bisa menunjukkan eksistensi mereka dengan cara positif.
“Kami bertekad terus membina anak jalanan dengan basic keislaman. Seperti belajar mengaji, salat dan kajian fikih. Minimal tahu agama agar menuntun mereka nantinya,” tururnya.
Di yayasan ini siapa saja diterima. Mereka tak memandang latar belakang. Di sini tak ada diskriminasi. “Kami menerima pemabuk untuk belajar mengaji di sini” timpal Misran, salah satu pengurus Al-AJYB.
Ungkapan Misran itu sekaligus menjadi sindiran. Ditujukannya kepada lembaga pendidikan yang pilih kasih.
Misran tak sembarangan. Rupanya, salah satu anak jalanan binaan mereka pernah mendapat perlakuan tak nyaman. Ditolak masuk pesantren karena dianggap tak masuk kriteria.
Rasa kecewa itupun akhirnya mereka abadikan lewat tulisan. Dibingkai, lalu digantung di salah satu dinding yayasan. Narasinya; Orang bodoh dilarang masuk pesantren.