PELAIHARI, Poros Kalimantan – Akibat kasus asusila yang dilakukan pengajar di salah satu pondok pesantren di Bajuin, dikhawatirkan membikin jera anak mendaftar. Sehingga minim santri.
Pimpinan ponpes yang pengajarnya berkasus, Guru UR meminta, agar masyarakat tidak ragu menitipkan anaknya. Menurutnya, kasus ini hanya ulah oknum belaka.
“Kami berkeyakinan semua pasti akan berlalu, sebab pelaku sudah diberhentikan dari statusnya,” katanya, Senin (6/11) sore, di kediamannya.
Guru UR menyebut, akan selektif kalau menambah guru pengajar ke depannya.
Ia menuturkan, ponpes tersebut berdiri sejak tujuh tahun silam. Kini, jumlah santri ada 1.200 orang.
Tujuan utamanya, untuk menciptakan anak bangsa yang berahlakul karimah. “Kami juga menjembatani antara si kaya dan si miskin. Semua mendapat hak yang sama,” tuturnya.
“Di sini ada anak yatim, penghafal Alquran, habaib dan syarifah. Tiap pagi kami belajar kitab kuning,” imbuhnya.
Selain itu, pada ponpes ini juga terdapat satu sekolah Aliyah.
“Untuk gaji guru, tidak memaksa minta dari orang tua santri. Di sini orang tua cuma bayar Rp390 ribu buat lauk pauk,” jelasnya.
Guru UR mengaku, sudah 10 tahun tak memegang HP. “Takutnya tidak fokus. Jadi kalau ada undangan atau menyangkut hal lainnya, anak saya yang memberi kabar,” ujarnya.
Reporter : Tung
Editör : Musa Bastara