JAKARTA, Poros Kalimantan – Tahun Baru Imlek di Indonesia memiliki sejarah yang begitu luas dan panjang. Selain penuh dengan tradisi dan ritual, kita juga bisa melihat berbagai hal menarik dalam perayaan ini.
Tapi tahukah kamu jika asal usul Tahun Baru Imlek sendiri sangat kuno dan telah dikaburkan oleh waktu.
Sulit untuk melacak sejarah sebenarnya kapan pertama kali Imlek di Indonesia. Meski demikian, ada beberapa jejak yang bisa dibahas dari sejarah Imlek di Indonesia.
Di China, Imlek awalnya adalah perayaan musim semi setelah selama berbulan-bulan musim dingin yang panjang. Berlangsung selama 15 hari dengan puncak acaranya adalah festival yang disebut Cap Go Meh.
Inti dari perayaannya sama di mana-mana, yaitu menyambut tahun baru dengan penuh kegembiraan dan keberuntungan.
Sinolog di Universitas Indonesia mendokumentasikan, bila komunitas Tionghoa mengalami hal terburuk selama era kolonial.
Pada tahun 1740, Belanda melakukan pembantaian massal untuk membersihkan Batavia secara etnis. Peristiwa ini dikenal sebagai “Chinezenmoord” atau “Pembunuhan Cina”. Akibatnya, lebih dari 10.000 orang tewas.
Sukarno adalah presiden pertama Indonesia yang pertama kali memperkenalkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional. Bahkan, ia mengeluarkan peraturan pada tahun 1946 yang menyatakan Tahun Baru Imlek, kelahiran dan kematian Konfusius, dan Ceng Beng (Hari Peringatan Cina) sebagai hari libur nasional.
Akan tetapi pada masa rezim Orde Baru, Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967. Isinya membatasi perayaan Tahun Baru Imlek di kuil-kuil dan rumah-rumah pribadi.
Dekorasi harus disimpan di dalam, sementara pertunjukan budaya, seperti barongsai (barongsai) dan wayang potehi (boneka sarung tangan) hanya diizinkan untuk ditampilkan di ruang tertutup untuk anggota komunitas Tionghoa.
Pemerintah pada masa itu juga memerintahkan masyarakat keturunan Tionghoa untuk mengganti namanya menjadi bahasa Indonesia.
Semua upaya ini merupakan bagian dari upaya untuk mengasimilasi orang Tionghoa Indonesia ke dalam budaya pribumi; istilah yang biasanya menimbulkan perdebatan sengit.
Imlek kembali menjadi perayaan yang diizinkan berkat presiden keempat Indonesia, Abdurrahman “Gus Dur” Wahid. Ia mengangkat “Kebijakan Asimilasi” Soeharto dan mengizinkan orang Tionghoa Indonesia untuk merayakan hari-hari penting mereka, serta dengan bebas mengekspresikan budaya mereka.
Kemudian penggantinya, Megawati Soekarnoputri, yang mengubah hari Imlek menjadi hari libur nasional pada 2003.
Sumber : suara.com
Editor : Musa Bastara