Pagi hingga siang menjadi guru. Sore menuju malam bercocok tanam anggur. Keuntungannya cukup fantastis. Berikut kisah Riyanto.
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Syiam Riyanto punya caranya tersendiri mengisi waktu di luar jam mengajar. Guru UPTD SDN 3 Muara Kintap ini memilih bercocok tanam buah anggur.
Jangan heran kalau sewaktu-waktu anda berkunjung ke kediamannya. Sudut halaman rumahnya yang tak terlalu luas itu disulap menjadi kebun anggur.
Lahan dengan panjang 12 meter dan lebar 3 meter itu tampak menghijau. Tertutup selubung dari plastik. Menghalau cuaca langsung.
Kapan kegiatan ini dilakoninya? Hobi bertani sudah melekat lama padanya. Menurutnya, berkebun anggur adalah hal yang unik.
Meski orang berpendapat, menanam anggur punya tingkat kesulitan yang lumayan. Tapi ia membuktikan, ketelatenan yang didorong minat tak membuahkan hasil yang buruk.
Kuncinya sabar. Ia baru menggelutinya tujuh bulan ini. Sulit? Ya mulanya. Tapi hasilnya, dalam setahun, bisa tiga kali panen.
“Untuk sekali proses pemasakan, memerlukan waktu 4 bulan,” tambahnya.
Soal pangsa pasar anggur? Riyanto tak pusing. Toh ia sudah punya konsumen dari Banjarbaru. Mematok dengan harga partai. Dari Rp65 sampai Rp85 ribu per kg.
“Untuk harga eceran mulai dari Rp85 sampai Rp100 ribu per kg, karena anggur ini bakal dipasarkan kembali ke pasar modern,” imbuhnya.