“Ini perlu kami lakukan agar manfaat penguatan ketahanan secara sistemik diperoleh oleh seluruh industri. Kejahatan siber sudah dilakukan secara kolektif dan terorganisir. sudah sewajarnya kita melakukan hal serupa, sebagai bagian dari defensive measures industri jasa keuangan,” jelasnya.
Terkait dengan pengembangan IT, yang didalamnya termasuk pengembangan aspek keamanan data nasabah, Arga menerangkan BRI akan mengeluarkan biaya yang cukup dan memadai untuk melakukan pengamanan teknologi digitalnya.
“Ini kami kaitkan juga dengan profil risiko BRI, serta profil risiko nasabah agar mendapatkan cost effectivenessnya. Sebagai rule of thumb, common practicenya adalah sekitar 30 persen dari IT spending dialokasikan untuk IT security,” ujarnya.
Arga membeberkan, disamping itu BRI juga secara proaktif konsisten melakukan edukasi pengamanan data pribadi kepada Insan BRILian (Pekerja BRI) dan masyarakat.
“Edukasi tersebut dilakukan melalui berbagai media, mulai dari media sosial resmi BRI, media massa, serta edukasi kepada nasabah saat nasabah datang ke Unit Kerja BRI,” pungkasnya.
Editor : Zepi Al Ayubi