BANJARBARU, Poros Kalimantan – Penanganan banjir masih terus dilakukan di Kalimantan Selatan. Satu sektor yang juga terdampak adalah pertanian.
Berdasarkan data sementara sampai 18 Januari 2021 Dewan Pengurus Serikat Petani Indonesia Kalimantan Selatan tercatat sekitar 209.884 hektare lahan pertanian pangan di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan rusak akibat Banjir Awal tahun 2021 ini. Hanya Kabupaten Kotabaru yang melaporkan masih nihil.
Semua lahan pertanian yang terlaporkan adalah lahan aktif yang selalu dibudidayakan pertanian tanaman pangan di Kalsel.
Berdasarkan laporan perkiraan sementara petani dan keluarga petani yang mengungsi akibat bencana ekologi banjir ini ada sekitar 18.000 jiwa dan kerugian materi ditaksir puluhan miliar.
Dari 209.884 Hektar terdiri dari 188.895 Ha adalah lahan sawah padi dan 20.989 adalah lahan pertanian palawija dan hortikultura serta kolam budidaya ikan. Berdasarkan catatan kami ada 5 Kabupaten terluas rusaknya lahan pertanian tsb, yaitu:
1. Kab Batola 64.133 Ha
2. Kab Tanah Laut 37.440 Ha
3. Kab Banjar 33.309 Ha
4. Kab HST 17.985 Ha
5. Kab Tapin 16.479 Ha
Ketua Wilayah SPI Kalsel Dwi Putra Kurniawan, dampak dalam jangka pendek adalah naiknya harga-harga produk pangan dipasar lokal Kalsel. Produk pangan sayur-sayuran (hortikultura), palawija dan ikan akan penyumbang inflasi mulai di bulan Januari ini.
“Sementara untuk beras diperkiraan mengalami kenaikkan sedikit karena stok masih cukup aman dari panen tahun 2020.
Namun perlu diingat bahwa hasil panen padi tahun 2020 berupa Gabah Kering Giling (GKG) banyak juga yang mengalami kerusakan dipenyimpanan para petani, ini akan menjadi penyebab berkurangnya stok beras dan bisa memicu kenaikkan harga,” jelasnya dalam rilis SPI Kalsel.
Musibah bencana ekologi banjir pastinya korban terparahnya adalah salah satunya para petani.
Karena mulai dari lahan pertaniannya dimana ini sebagai sumber ekonomi mereka, lalu rumah tempat tinggalnya beserta aset didalamnya ditambah lagi rusaknya peralatan-peralatan mekanis pertanian akibat terendam banjir.
“Maka sudah sepatutnya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan perhatian yang khusus terhadap korban para petani dan pertaniannya. Sebab sektor pertanian pangan adalah motor penggerak sektor-sektor lainnya dalam pemulihan ekonomi,” lanjutnya.
Kemudian, SPI Kalsel juga mengatakan, pemerintah harus bertanggung jawab untuk menyiapkan perbaikan prasarana pertanian seperti irigasi dan sistem pengairan lainnya.