JAKARTA, Poros Kalimantan – Ketangguhan para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menghadapi krisis semakin teruji. Pasca pandemi COVID-19, kinerja UMKM terus menggeliat. Hal tersebut terlihat dari restrukturisasi kredit Covid BRI yang terus menurun. Dimana hingga akhir Kuartal I 2023,tercatat tinggal Rp.99,8 triliun dari akumulasi restrukturisasi sebesar Rp.263,4 triliun.
Terkait hal tersebut, Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan, penurunan nilai restrukturisasi faktor utamanya disebabkan oleh pembayaran dari debitur.
“Dan yang cukup menggembirakan, penurunan tersebut 61 persennya itu karena pembayaran. Sebagian kecil juga karena unflagging, dalam arti kondisi nasabahnya sudah membaik, sehingga kita lepaskan flag restruk COVID-nya. Namun sebagian besar penurunan nilai restrukturisasi tersebut adalah karena adanya pembayaran,” urainya.
Agus menambahkan, debitur yang gagal atau tidak bisa diselamatkan kurang lebih hanya 2 persen dari total debitur restrukturisasi. Dan yang default rate , antara yang menjadi NPL maupun kita PH itu kurang lebih 11 persen.
“Jadi kami tetap optimis karena NPL coverage di atas 28 persen, bahkan LAR coverage BRI sudah 49 persen. Dengan default rate yang kurang lebih 11 persen, kami cukup nyaman, bahwa untuk credit risk yang terkait dengan risiko LAR Covid ini sudah cukup termitigasi dengan baik,” terangnya.
Senada, Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan, saat ini BRI telah memiliki pencadangan yang sangat memadai. Apabila terjadi potensi pemburukan di kemudian hari.
“Saat ini terhadap LAR, cadangan kami mencapai 49 persen, padahal yang tidak bisa diselamatkan hanya 2 persen. Sehingga cadangan BRI untuk mengantisipasi risiko terjadinya pemburukan restru Covid ini, jauh lebih dari cukup,” pungkasnya.
Editor : Zepi Al Ayubi