Sehingga rasanya bisa lezat dan juga tentunya bergizi. “Karena ini resepnya berbeda, tentunya ada sedikit kendala. Tapi jika sudah terbiasa, dan tau ukurannya, bisa menjadi makanan favorit keluarga,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Program Dosen Wajib Mengabdi Habibah SPt MP mengungkapkan, di masa pandemi Covid-19, pihaknya perlu turun ke masyarakat untuk bisa meningkatkan pendapatan IKM dengan produk olahan daun kelor ini. Termasuk juga manajemen keuangan dan juga pemasarannya sehingga produk semakin dikenal luas di masyarakat.
“Kenapa tanaman Kelor? Karena tanaman dengan nama lain Moringa oleifera.L ini merupakan tanaman pangan tropis yang memiliki nilai gizi tinggi, dapat dimanfaatkan sebagai terapi, bahan baku industri, pertanian, dan memiliki sosial ekonomi yang tinggi,” ujarnya didampingi dosen lainnya, Rabiatul Wahdah SP MS.
Moringa oleifera L ini disebut sebagai “The Miracle Plant” karena dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak manfaat pada semua bagian tanamannya. Bahkan ungkapnya, WHO merekomendasikan tanaman kelor untuk dikonsumsi sebagai asupan gizi dan mencegah gizi buruk pada anak.
“Sehingga sangat perlu dukungan dan pendampingan terhadap IKM ini agar lebih maju dan berkembang, dan menghasilkan produk yang lebih bervariasi dan berkualitas mengingat semangat dan antusias ibu-ibu untuk berwirausaha sangat mendukung kegiatan PKM ini,” ujarnya.
Ada pun solusi yang akan ditawarkan pada kegiatan PKM ini adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan terkait manfaat tanaman kelor dengan berbagai produk olahannya. Kemudian pemasaran produk. Selain itu juga manejemen keuangan, dan analisis keuangan usaha yang dilakukan secara bertahap selama kegiatan.
“Kegiatan akan berlangsung selama tiga bulan. Harapannya IKM yang akan dibina berkembang lebih maju dan modern dengan inovasi produk olahan yang berkualitas guna mendukung pengembangan tanaman kelor untuk pemenuhan gizi masyarakat,” pungkasnya. (abi)