Sarigading: jalan, gunung, bahkan pabrik jamu mengabadikan namanya. Apa dan siapakah ia gerangan?
BARABAI, Poros Kalimantan – Jalan Sarigading begitu namanya dikenal kini. Di gunung begitu juga.
Jika nama itu terkesan akrab di ingatan anda, itu juga tak salah. Ya, Sarigading digunakan sebagai nama perusahaan jamu yang berdiri pada 10 Oktober 1958 di Barabai.
Sarigading juga diambil dari nama Sari yang artinya Pati atau Inti dan Gading.
Jika mengacu asal usulnya, Sarigading berasal dari nama kain khas Banjar yang pernah dipakai Putri Junjung Buih.
Di masa lampau, masyarakat Hulu Sungai tak berani memakai sarung ini sebab takut kualat dengan sang putri.
Kain tenun Sarigading konon dulunya dianggap jadi sarana penyembuhan. Terutama penyakit yang tak bisa disembuhkan secara medis.
Lantas Sarigading yang mana akan kita kupas?
Sarigading yang akan kita bicarakan ini adalah sosok sejarah. Pahlawan revolusioner. Bernama Saurigading, asal Sulawesi. Ia berjuang dan meninggal di Barabai.
Sejarawan, Sammy Mansyur, menuturkan. Mengacu di babon Sejarah Banjar, nama Sarigading muncul saat revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan di Kalsel tahun 1945-1949.
Saat itu terbentuk Gerakan Rakyat Pengejar Pembela Indonesia Merdeka (GERPINDOM) di Birayang pada 10 Oktober 1945. Dipimpin Abdurrahman Karim (A.R. Haka) sebagai Komandan Umum.
Lalu usaha itu disusul dengan diperintahkannya H. Damanhuri ke Kalimantan Timur. Tujuannya mencari senjata dan mengembangkan perjuangan.
“Serta mencari hubungan agar kesatuan organisasi ini mempunyai kekuatan untuk mampu menghadapi NICA,” ujar dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin ini.
Dalam tugasnya tersebut, H. Damanhuri berhasil menghimpun pasukan pejuang bersenjata lengkap menuju Birayang. Jumlahnya 25 orang.
Beberapa di antaranya yakni John Masael, Made Kawes (dari Tabanan Bali), M. Thaher, Asyikin, Jamhur, serta Sarigading.
Perjalanan tak setenang dugaan. Rombongan John Masael yang sedang beristirahat di hutan Jawa Lanting Lokbatu, mendadak diserang polisi dan militer Belanda.