JAKARTA, Poros Kalimantan — Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan dan nota keuangan dalam Sidang Tahunan MPR RI serta Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI, Rabu (16/8/2023).
Bertempat di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta. Terdapat sejumlah poin penting yang disampaikan presiden dalam pidatonya tersebut.
Hal ini terkait rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) terakhirnya. Pasalnya, Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin akan mengakhiri masa jabatannya pada 2024.
Lantas apa saja poin-poin pidato tersebut? Dilansir dari Bisnis, berikut di antaranya:
1. Potensi Naiknya Pendapatan Per Kapita Indonesia
Pertama, Jokowi menyebut pengolahan nikel dan hilirisasi berpotensi meningkatkan pendapatan per kapita Indonesia.
Proyeksinya, dalam 10 tahun ke depan pendapatan per kapita akan mencapai Rp153 juta (US$10.900), 15 tahun lagi menjadi Rp217 juta (US$15.800), dan 22 tahun lagi menjadi Rp331 juta (US$25.000).
“Sebagai perbandingan, tahun 2022 kemarin, kita berada di angka Rp71 juta,” ungkap Jokowi.
“Artinya, dalam 10 tahun lompatanya bisa 2 kali lipat lebih. Di mana fondasi untuk menggapai itu semua sudah kita mulai, pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing kita,” tambahnya.
2. Energi Hijau dan Peningkatan Ekonomi Bukan Hanya Dari SDA
Jokowi juga menyampaikan bahwa dalam membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk mendongkrak produktivitas nasional, Indonesia harus mengembangkan sektor ekonomi baru. Tujuannya, untuk meningkatkan nilai tambah sebesar-besarnya.
“Di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity kita untuk meraih kemajuan, karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam [SDA] termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan,” ujar Jokowi.
Dia menyebut bahwa tidak cukup bagi Indonesia jika hanya kaya akan SDA, karena dapat membuat kita menjadi bangsa pemalas, yang hanya menjual bahan mentah.