MARTAPURA, Poros Kalimantan – 28 September 1953, di hari itulah Mathilda Batlayeri dikenang sebagai perempuan tak kenal menyerah.
Mathilda adalah seorang Bhayangkari asal Maluku. Ia tinggal bersama suaminya, Adrianus, yang bekerja sebagai agen polisi di Kurau, Tanah Laut.
Sebelumnya mereka menikah pada tahun 1944. Punya tiga anak. Setelah pernikahan itu juga, Mathilda resmi mengganti nama dari Mathilda Lamere menjadi Mathilda Batlayeri.
Di masa itu, tengah berkobar api pemberontakan dari Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRYT) yang dipimpin Ibnu Hadjar.
Tepat 28 September 1953 dini hari, kelompok tersebut tiba di Kewedanaan Tanah Laut dan menyerang pos militer di Kurau.
Ketika itu Adrianus berjaga di pos polisi. Saat itu dia sudah bangun dan beranjak ke sumur. KRyT datang menyerang. Mereka berjumlah sekitar 50 orang dengan menggunakan senjata api dan pedang.
Di pos, hanya ada lima anggota polisi. Akhirnya baku tembak terjadi.