Berdasarkan hasil penelitian lewat Program Dosen Wajib Meneliti (PDWM) sudah dikaji banyak masalah cabai yang bisa diselesaikan setelah diteliti Tim. Terkait permasalah penyakit yang semakin mengganas maka solusi yang ditawarkan kepada pak Ahim sebagai Ketua Kelompok Tani adalah mengajak beberapa petani berdiskusi di awal sambil melihat lahan yang terserang untuk membuat solusi bersama yang akan ditawarkan. Hasilnya keluar pemikiran “Bagaimana kalau kita bertanam cabai organik di dalam polybag saja mengingat lahan masih belum siap untuk diolah dan ditanami dan juga pertimbangan musim hujan yang mengakibatkan ancaman lahan akan tergenang. Tim menyampaikan bahwa bertanaman cabai organik bisa sebagai solusi awal agar petani tetap mendapatkan penghasilan saat padi tak menghasilkan. Disampaikan pula untuk memberi semangat ke para petani bahwa bertanam cabai modalnya hanya berupa tekad kuat keinginan untuk tetap bekerja, tetap mengasilkan uang untuk keperluan sehari-hari, sekaligus menghibur kesedihan karena gagal panen padi tahun ini tak mungkin dihindari lagi. Ditambah pula bahwa sesuai tuntutan pasar yang sedang gencar saat ini adalah produk pertanian organic yang diyakini jadi solusi tepat untuk mengkonsumsi produk pertanian yang sehat dan menyehatkan karena terbebas dari pestisida beracun dan pupuk sintetis. Alternatif yang ditawarkan adalah membuat pupuk sendiri dengan memanfaatkan tanaman gulma air yang tumbuh melimpah di sekitar lahan pertanaman mereka. Solusi untuk mengganti peranan pestisida sintetis maka dengan mengambil dari lahan dan mengembangbiakan mikroba antagonis yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba penyebab penyakit tanaman. Mikroba unggul terpilih selanjutnya diperbanyak di laboratorium Hayati Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru sehingga dihasilkan starter/biang yang siap diperbanyak dan digunakan petani secara mandiri. Petani juga dilatihkan membuat pupuk dan pestisida organik tersebut hingga siap digunakan sendiri dan nantinya bila sudah berlebih bisa dijual ke petani sekitar yang memerlukan.
Antisipasi ancaman banjir dan lahan biasa tergenang ketika musim hujan yang datangnya tidak dapat diprediksi dan ini selalu jadi keluhan petani ketika kami diskusi pada saat penyuluhan, maka Tim memberikan solusi dengan menanam cabai di dalam pot, sehingga mudah dipindahkan bila air mulai naik atau memanfaatkan lahan pekarangan petani yang luas atau memnafaatkan galangan yang posisinya lebih tinggi. Semangat petani saat bersedih karena gagal panen padi adalah bertanaman secara organik yang sudah terbukti selain murah, aman bagi yang memakan, juga dapat menjaga lingkungan yang sudah lama terpapar bahan kimia pestisida beracun. Bertanam cabai organik dengan menggunakan pupuk bokasi plus dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) serta biopestisida jamur antagonis Trichoderma dilatihkan kepada petani. Diluar dugaan ide tersebut disambut dengan sangat antusias oleh petani mengingat harga pupuk dan pestisida yang semakin melonjak dan sulit diakses petani. Pupuk dan biopestisida yang dihasilkan bukan hanya bisa digunakan untuk pertanaman cabai, juga bisa untuk penanaman padi dan tanaman hortikultura lainnya. Produk organic selain aman bagi lingkungan, dan sehat bagi konsumen. Semoga dengan produk pertanian yang sehat dan menyehatkan ini akan lahir generasi unggul untuk Indonesia Jaya. Plant Health Is Your Health