Patung Kepala naga yang terkena tebasan parang mandau kini menjadi artefak penting. Disimpan oleh keturunan Warga Barikin dengan nama Naga Rimpang. Usianya lebih dari 500 tahun.
Ketegasan dan kekuatan tradisi ini terus terjaga. Meski beberapa modifikasi dilakukan agar peristiwa mistis tidak terulang kembali.
Ba Arak Naga yang dulunya dilakukan di sungai, kini bertransformasi menjadi prosesi mengelilingi kampung di jalur darat dengan mobil atau gerobak yang dihias ornamen naga.
Di luar asal-usulnya, Ba Arak Naga memiliki ritus persiapan yang melibatkan penyelenggaraan piduduk (sesajen) sebelum acara dimulai.
Upacara tapung tawar sebagai simbol keselamatan dan kelancaran juga menjadi bagian penting sebelum memulai prosesi Ba Arak Naga.
Simbolisme naga dalam kebudayaan memainkan peran penting dalam tradisi ini, naga diinterpretasikan sebagai lambang kekuasaan, kepemimpinan, dan kewibawaan.
Ba Arak Naga menjadi ekspresi kebesaran serta kesan yang mendalam bagi para penganten yang menaiki naga, dianggap sebagai pemimpin dalam keluarga dan masyarakat.
Tak hanya menjadi simbol kekuasaan, Ba Arak Naga juga merupakan ajang hiburan dan pelestarian kebudayaan yang diperjuangkan pemerintah Kabupaten HST.
“Terlepas dari perkembangan zaman, semoga budaya kita ini tak lekang oleh waktu,” tutup Aidinor Fitri masyarakat setempat.
Reporter : Akbar Rizaldi
Editor : Musa Bastara