Berdarah seorang penyiar radio, tak membuat Nelly Ariani, 59 tahun, mudah dalam meraih cita-citanya itu. Kiprahnya mengudara, berkat usaha kerasnya.
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Nelly Ariani, 59 tahun. Hobinya mengudara.
Ia suka bicara, tapi bukan asal bicara. Ocehannya terarah, dan salah satu cara agar hobi itu tersalurkan, ia lantas menjadi penyiar radio.
Siapa sangka, profesi ini pas. Kiprahnya pun kemudian tak diragukan. Sudah 22 tahun ia jalani pekerjaan ini.
Pertama kali ia mengenal profesi ini pada tahun 2001. Bermula dari ajakan sang ayah mendekati kabin siaran. Ia melihat ayahnya berbicara di depan mikrofon, kagum. Ia jatuh cinta, lalu bercita-cita menjadi penyiar seperti ayahnya.
Kendati punya darah seorang penyiar radio, bukannya tanpa usaha. Ia rajin mempelajari dunia penyiaran dan melatih kemampuan bicaranya.
Selain itu, menjadi penyiar radio, ia dituntut melek berbagai isu. Sehingga ia harus selalu aktif mengikuti perkembangan berita.
“Jika sedang siaran, konsentrasi penuh sangatlah dibutuhkan,” katanya kepada Poros Kalimantan, Sabtu (4/2/2023).
Ia mengudara di radio milik pemerintah. Sewaktu aktif berdinas, ia mengambil jadwal siaran pada siang hari. Pertimbangan ini disebabkan para ASN (dulu disebut PNS) di jam itu sedang istirahat makan siang.
“Itulah waktu yang digunakan untuk menghibur rekan kerja. Bahkan saya rela harus santap siang di studio,” tuturnya.
Lalu, merasa jatahnya masih kurang, ia mengambil jadwal siaran malam hari. Totalitas.
Bahkan, ia selalu ingin terus mengudara saban hari. Hanya saja akhir pekan adalah waktu liburnya. Ia tak mau serakah. Ada penyair lainnya juga.