“Disini (SLB-C) sebenarnya tidak hanya untuk mereka yang tuna grahita saja,” terangnya.
Pembelajaran dengan cara berbeda diterapkan kepada penyandang disabilitas. Sekitar 240 murid melaksanakan pembelajaran daring di SLB-C Negeri Pembina.
Saat ini, tidak hanya tuna grahita (keterbelakangan mental) saja yang dibina sekolah termaksud, tapi ada pula tuna rungu (tuli) dan tuna daksa (keterbatasan fisik) yang mana pembelajarannya juga dengan cara khusus.
“Kami buat modul yang nantinya bisa digunakan mereka untuk belajar sendiri. Tetapi karena memang, mereka anak yang istimewa, kadang harus guru yang datang langsung,” tutupnya. (why/and)