Oleh: M Andra Ramadhan
Mungkin bagi sebagian kalangan perjalanan melalui laut bukan lagi sebuah priortias. Seiring dengan mudahnya mendapatkan tiket pesawat melalui berbagai aplikasi, perjalanan udara juga dinilai lebih cepat dan tepat menuju ke sebuah tempat. Namun bagi kalian yang punya waktu cukup longgar untuk sebuah perjalanan, tampaknya menjajal transportasi laut bisa dipertimbangkan.
Sebagaimana yang pernah saya rasakan di sekitaran tahun 2019. Perjalanan bersama tiga orang teman ini, saya anggap bukan sebuah perjalanan dengan segala persiapan yang overbudget. Boleh disebut backpacker atau lebih tepatnya hemat budget tapi tidak membawa tas gendong yang besar juga.
Lantaran selisih harga yang cukup tinggi ketika itu, sekitar satu juta lebih untuk sebuah tiket pesawat terbang, dan hanya 350 ribu rupiah untuk sebuah kapal penumpang, kami memilih jalur laut dengan asas-asas budget yang tipis, dan risiko waktu yang agak lama. Yakni, 18 jam perjalanan.
Perjalanan laut ini menjadi pengalaman pertama saya menaiki kapal ke Pulau Jawa. Tak terbayangkan bagaimana nantinya saat di atas dek. Bagaimana suasana malamnya. Apa yang tampak di langit saat malam hari di tengah laut yang terbentang luas, dan bagaimana jika kita perlu buang hajat. Apa yang terjadi jika kita berbicara atau mengobrol ke sesama penumpang. Belum lagi cuaca buruk, badai, hujan petir, ombak tinggi dan fenomena alam lainnya.
Namun yang paling kami ingat adalah, betapa indahnya menyaksikan matahari tenggelam alias sunset ketika berada di tengah laut lepas. Itu karena kami berangkat di sekitaran pukul 14.00 Wita dari Pelabuhan Bandar masih, Trisakti, Banjarmasin. Alhasil, saat sunset kami betul-betul berada di tengah lau lepas.