Saat malam tiba, pikiran buruk tentang cuaca masih saja menghantui. Ada perasaan takut tapi tetap harus dijalani. Saya merasa beruntung alunan lagu Queen di kapal sedikit demi sedikit mengusir kegundahan dan rasa taku itu.
Beruntungnya, jumlah yang kami bayarkan untuk sebuah tiket penyebrangan, sudah termasuk makan malam bersama di geladak kapal. Sekitar pukul 19.00 Wita, tidak ada angin tak ada hujan, tak ada juga nada peringatan, sebuah suara muncul melalui pengeras suara yang tergantung di beberapa sudut kapal. Ya, itulah tadi, pengumuman makan malam yang sudah bisa diambil di geladak tengah kapal. Menu yang cukup menyenangkan dan mengenyangkan dengan sajian prasmanan.
Usai makan, kami naik ke geladak atas menuju sebuah café kecil. Ada pemandangan yang mengejutkan di mana banyak lapak judi di lantai. Mulai judi dadu, Qiyuqiyu, bahkan kartu remi. Ternyata banyak juga peminatnya. Banyak penonton dan menjadi hiburan yang cukup berbeda para penumpang di kapal.
Waktu tiba di pukul 02.00 dini hari. Memang belum ada rasa kantuk yang menyergap mata. Mungkin juga lantaran rasa gelisah dan kecemasan akan fenomena-fenomena alam di tengah laut lepas. Hingga terlalu lelah rasanya, akhirnya terlelap begitu saja. Tak ada sinyal yang bisa mengoperasikan jaringan handphone dengan lancar. Tak bisa berkontak dengan orang di luar sana. Hanya berkomunikasi ke sesama penumpang dalam dek kapal.
Mentari terbit, panasnya merasuk ke setiap ruang di kapal. Pagi yang cerah. Perjalanan laut dengan kapal menjadi perjalanan menyebrang cukup panjang dan berkesan dalam pengalamanku. Kami tiba di pelabuhan Tanjung Priok dan Surabaya sekitar pukul 11.00 untuk kemudian melanjukan perjalanan darat menuju Kota Malang. []